BERTOBAT AGAR MEMPEROLEH KESELAMATAN
(Kej. 9:8-15; 1Ptr. 3:18-22; Mrk. 1:12-15)
HM Prapaskah I
Minggu, 18 Februari 2024
Selama masa prapaskah ini, seluruh umat Katolik menjalankan pantang dan puasa.
Surat Gembala Prapaskah Uskup Diosis Amboina tahun 2024 menyebutkan bahwa pantang berarti tidak makan daging dan ikan (atau tidak mengkonsumsi makanan tertentu). Puasa berarti makan kenyang sekali dalam sehari. Syarat usia untuk pantang adalah usia 14 tahun ke atas, sedangkan syarat usia untuk puasa adalah antara 18-59 tahun. Semangat yang melandasi pantang dan puasa adalah pertobatan. Orang Katolik berpuasa dan pantang pertama-tama sebagai bentuk konkret dari semangat pertobatan. Oleh sebab itu, pantang dan puasa tidak sama dengan diet. Orang melaksanakan diet karena ingin menurunkan berat badan atau karena sakit tertentu. Sebagai orang Katolik, kita berpantang dan berpuasa karena ingin bertobat dari dosa-dosa kita.
Surat gembala prapaskah Uskup Diosis Amboina tahun 2024 menyebutkan bahwa bertobat berarti berubah atau membaharui sikap dan tingkah laku untuk melahirkan buah-buah kebaikan; berubah dari anak-anak gelap menjadi anak-anak terang (bdk. Ef 5:8-9). Pertobatan membutuhan keberanian. Supaya bisa berubah, maka kita harus berani berubah dan berani mengambil resiko. Kadang kala orang takut berubah karena telah merasa nyaman dengan situasi lama dan takut menerima resiko (diejek, dibully, dan lain-lain). Pertobatan yang nampak dalam sikap dan tingkah laku haruslah keluar dari sikap batin atau hati yang tulus. Paus Fransiskus dalam khobatnya pada perayaan Rabu Abu 2024 katakan, masa prapaskah adalah masa untuk kembali kejati diri, melaspan topeng yang sering dipakai, kembali ke hati dan kebenaran. Oleh sebab itu, pertobatan (dalam masa prapaskah) tidak semata-mata sebuah pertobatan penampilan, tetapi pertobatan hati. Perubahan sikap dan tingkah laku harus berangkat dari kebenaran dan ketulusan hati.
Kita perlu bertobat supaya kita selamat. Yesus menegaskan, “Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:15). Keselamatan sudah di depan mata, dan supaya keselamatan itu menjadi bagian hidup kita, maka kita perlu bertobat. Kita bertobat supaya kita selamat. Selain itu, kita bertobat juga supaya iman kita bisa bertumbuh dan berkembang. Orang yang mau bertobat adalah orang yang beriman karena iman menjadi tidak mungkin bertumbuh dan hidup bila tidak ada pertobatan. Iman akan Allah tidak akan berkembang dan mendalam bila kita tidak mau bertobat. Orang yang hidup imannya begitu-begitu saja, biasa-biasa saja, bahkan makin hari makin kendor, karena tidak mau bertobat dan membaharui diri.
Mari kita manfaatkan masa prapaskah, masa penuh ramhat ini untuk membarui diri. Kita buat masa prapaskah menjadi masa isitimewa untuk mengubah hidup, terutama hati menjadi lebih baik. Dalam masa ini, kita berusaha untuk membuka hati terhadap suara Roh Kudus. Kita minta Roh Kudus untuk membantu kita membaharui hidup kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. novlymasriat