MEMAKNAI SETIAP MOMEN HIDUP DENGAN SEBAIK MUNGKIN
Hari Minggu Biasa XXXIII/Dan. 12:1-3; Ibr. 10:11-14,18; Mrk. 13:24-32.
Minggu, 17 November 2024
Salah satu siklus hidup manusia yang tak terhindarkan adalah kematian. Banyak pertanyaan sering muncul terkiat dengan peristiwa ini, seperti perasaan menghadapi peristiwa kematian, waktu datangnya kematian, kesiapan terhadap peristiwa ini; hidup sesudah kematian. Tidak mudah menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan ini. Teka-teki terhadap kematian ini menciptakan kebingungan dan kadang sampai menderita karena teka-teki itu sendiri.
Gereja, dalam terang ilahi percaya bahwa Allah menganugerahkan kebahagiaan kekal bagi setiap orang beriman. Kebahagiaan ini mengangkat martabat manusia dari kemalangan manusiawi karena kematian. Melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus, manusia bebas dari maut dan memperoleh hidup yang bahagia dalam kerajaan Allah (bdk. GE, art. 18). Harapan eskatologis ini mengubah makna kematian sebagai akhir dari seluruh hidup manusia menjadi awal bagi kehidupan kekal. Oleh karena itu, kematian tidak berarti tubuh menjadi tanah atau lenyap, tetapi hidup dalam terang Tuhan, ada dan hidup bersama Kristus (bdk. 2 Kor. 5:8-9; Flp. 1:23; 2Tim. 2:11).
Pengadilan mengawali hidup kekal sesudah kematian. Pengadilan ini memutuskan perjalanan hidup sesudah kematian untuk menuju ke surga atau api penyucian atau ke neraka (Kompendium KGK, no. 207-208). Surga sering digambarkan sebagai puncak kebahagiaan kekal. Surga adalah kemuliaan, kediaman ilahi, Firdaus abadi, kehidupan bersama Allah dan para malaikat ALlah (bdk. Mat. 22:30,25:46; Why. 2:7; 2Kor. 5:1; Mrk. 23:35). Api penyucian dipandang sebagai keadaan atau proses penyucian badan orang beriman yang masih dalam persahabatan dengan Allah dan memiliki kepastian untuk memperoleh kehidupan bahagia. Gereja mengakui keberadaan dari neraka. Neraka adalah hukuman abadi bersama setan (Konsili Lateran IV, 1215). Neraka adalah tempat bagi orang berdosa (dosa berat) yang tidak bertobat saat meninggal. Neraka sebagai tempat siksaan (Paus Innocentius IV).
Gereja percaya bahwa pada akhir zaman, Yesus akan datang untuk kedua kalinya (parousia). Saat kedatangan Yesus yang kedua ini, setiap orang akan diadili, baik yang hidup dan yang mati. Yesus datang dalam kekuasaannya. Setiap orang mati akan bangkit dan yang masih hidup pun diadili. Kedatangan Yesus ini disebut Parousia atau hari Tuhan atau akhir zaman. Penginjil Matius menyebutkan beberapa tanda datangnya akhir zaman seperti kegelapan, siksaan, bintang berjatuhan, kuasa-kuasa goncang (bdk. Mat. 13:24-27).
Yesus menyebtukan bahwa tidak seorang pun tahun kapan akhir zaman itu. Yesus tentu tahu karena Dia adalah Allah, namun dia sengaja untuk mengungkapkan bahwa diri-Nya tidak tahu agar kita tidak fokus pada hal itu. Yesus sengaja mengatakan ini supaya kita terhindar dari berbagai spekulitasi tentang hal tersebut yang justru akan membuat kita kebinungan dan menderita sendiri. Hal yang tepat adalah bagaiaman menghidupi injil sebagai persiapan untuk menyongsong Parousia. Hari itu dapat datang kapan saja. Investasi kebaikan dan menghidupi perintah-perintah Tuhan adalah cara yang tepat untuk menyongsong akhir zaman.
Mempersiapkan hidup dengan sebaik mungkin; mencintai dengan sebaik mungkin; atau menjalani hidup sebaik mungkin; dan mengusahakan diri untuk memberikan yang terbaik bagi setiap momen adalah cara yang terpenting untuk menghadapi akhir zaman. Sebagian orang merasa bahwa hidup ini tidak menyenangkan. Ada yang mungkin bahagia karena memiliki hidup yang penuh sukacita. Ini bagian dari perjalanan hidup yang jangan membuat kita merasa puas atau tidak puas. Hidup ini sementara. Kepuasaan sejati adalah ketika Tuhan datang dan mengangkat kita untuk turut berbahagia bersamanya dalam kehidupan kekal. Memaknai setiap momen hidup dengan sebaik mungkin, penuh cinta kasih adalah sebuah persiapan yang tepat untuk menghadapi hari kedatangan itu. Amin. @novlymasriat.