SEMANGAT CINTA KASIH YANG MELANDASI BERBAGAI TINDAKAN BAIK
Hari Minggu Biasa XXXII/1Raj. 17:10-16; Ibr. 9:24-28; Mrk. 12:38-44 (Mrk. 12:41-44) .
Minggu, 10 November 2024
Manusia mengungkapkan tanggapannya kepada sesama atau kepada Tuhan dalam sebuah tindakan. Tindakan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan manusia atau actus hominis dan tindakan manusiawi atau actus humanus. Actus hominis menunjuk pada tindakan mental dan personal seseorang seperti bernafas, detak jantung, rasa sakit, reaksi fisik spontan yang mendahului intelek seperti marah, sedih, simpati, dan lain sebagainya. Actus humanus adalah tindakan eksternal manusia yang ditopang oleh tindakan internal atau tindakan batinian. Tindakan ini merupakan kesatuan antara antara yang batinian dan lahiriah. Tindakan manusiawi atau actus humanus inilah yang mengungkapkan identitas moral seseorang.
Kendati demikian, identitas moral seseorang tidak hanya diikur berdasarkan kemauan atau kehendak. Dalam moralitas kristiani terdapat tiga unsur penting untuk menilai ideintas moral manusia. Menurut KGK (Katekismus Gereja Katolik): “sifat susila dari perbuatan manusia bergantung pada obyek yang dipilih; tujuan atau maksud yang ingin dicapai; situasi dan kondisi perbuatan. Obyek, tujuan, dan situasi merupakan sumber atau unsur-unsur hakiki bagi moralitas perbuatan manusia” (KGK, art. 1750). Obyek menunjuk pada hakikat obyektif dari sebuah tindakan moral. Obyek moral dihubungkan dengan tatanan obyektif yang dikehendaki Allah. Nilai moral aborsi langsung dengan sendirinya buruk karena bertentangan dengan kehendak Allah. Tujuan menunjuk pada motif atau kehendak subyektif untuk melaksanakan tindakan. Sebuah tindakan baik adalah baik ketika didirong oleh kehendak yang baik. Namun tindakan itu buruk ketika didorong oleh kehendak yang buruk. Selain itu, sebuah tindakan jahat tetap menjadi jahat kendati didorong oleh maksud yang baik. Situasi menunjuk pada hal-hal khusus yang mempengaruhi obyek moral. Situasi tidak dapat menggantikan status tindakan moral dari yang buruk ke baik. Situasi dapat meningkatkat atau menurunkan kualitas tindakan moral.
Yesus menguji kualitas moral kita melalui injil hari ini. Yesus memberi contoh tentang derma. Berderma atau berbagi kepada orang lain dan kepada Tuhan adalah sebuah tindakan manusiawi yang pada dirinya dapat disebut sebagai sebuah tindakan yang baik. Allah menghendaki kita untuk berbagai atau berderma. Namun tindakan derma ini akan tetap menjadi baik ketika didorong oleh kehendak yang baik. Yesus tidak menghendaki sebuah perbuatan baik dikelabui oleh berbagai kepentingan yang buruk. Bagi Yesus, para ahli Taurat kelihatan saleh karena rajin berdoa dan berpakaian yang agamis tetapi hati mereka kotor Sikap saleh mereka ini menjadi buruk karena tidak diimbangi dengan kehendak yang baik bagi para janda (Mrk. 12:40). Mereka mengutamakan penampilan lahiriah saja tetapi tidak membersihan aspek batiniah (bdk. Mat 15:10-20; Mrk 7:14-23). Tindakan berderma menjadi buruk ketika didorong oleh semangat yang buruk, seperti popularitas, pamer, dan kesombongan diri.
Paus Fransiskus baru-baru ini mengeluarkan enskilik Dilexit Nos tentang tentang kasih insani dan ilahi Hati Yesus Kritus. Dalam enskilik ini, Paus menekankan aspek batiniah dalam sebuah tindakan moral. Hati menjadi pusat utama dalam tindakan kasih. Hati menggambarkan identitas diri. Memang hati kadang licik, untuk itu hati perlu waspada. Tindakan yang tidak keluar dari hati (yang baik), maka tindakan itu kosong dan penuh kepalsuan. Supaya hati kita sungguh-sungguh penuh cinta maka kita perlu membuka diri kepada Yesus. Paus katakan, “hati Kristus adalah “ekstasiˮ, keterbukaan, karunia, dan perjumpaan. Di dalam hati itu, kita belajar untuk berhubungan satu sama lain dengan cara yang sehat dan bahagia, dan untuk membangun di dunia ini kerajaan kasih dan keadilan Allah”.
Selain itu, Yesus juga menggambarkan tentang pentinya situasi sebagai salah satu unsur penentu kualitas tindakan moral. Orang kaya dan seorang janda sama-sama berderma. Janda ini memberi dari segala segala kekurangannya, dari seluruh nafkahnya. Tidak ada yang sisah daripadanya. Derma janda ini lebih luruh dibandingkan dengan derma dari yang lain. (RD. Novly Masriat)