Paroki Santo Yohanes Maria Vianey Halong

BERDOSA KARENA “KEBUTAAN IMAN”

BERDOSA KARENA “KEBUTAAN IMAN”

HM Prapapaskah IV

1 Sam 16:1,6-7,10-13; Ef 5:8-14; Yoh 9:1-41

Minggu, 19 Maret 2023

RD. Novly Masriat

Dosa berarti suatu tindakan yang bertentantangan dengan kebaikan Tuhan dan melawan hukum Tuhan. Si pendosa yang bertentangan dengan kebaikan Tuhan adalah orang yang dengan pikiran, perasaan, keinginannya secara tahu, mau, dan mampu melawan kasih atau kebaikan Tuhan. Orang yang berbuat dosa sekaligus juga melawan hukum Tuhan. Konsekuensi dari dosa adalah terputusnya hubungan antara manusia dan Tuhan. Manusia menjadi jauh dengan Tuhan karena dosa. Dosa memilik dua dimensi, yaitu personal dan sosial.

Orang berdosa karena orang itu secara personal melawan kehendak Allah. Konsekuensinya orang tersebut secara personal terasing dari Tuhan. Di lain sisi dosa memiliki dimensi sosial. Dosa tidak semata-mata tentang ketidakharmonisannya hubungan personal manusia denan Tuhan, tetapi juga tentang ketidakharmonisannya pribadi tertentu dengan sesama. Pendosa adalah orang yang juga tidak tahu membangun relasi sosial yang baik dengan orang lain. Adalah sebuah dusta bila kita menyatakan bahwa kita mencintai Tuhan, sementara kita tidak mencintai sesama.

            Injil hari ini mengisahkan tentang penyebuhan seorang yang buta. Orang-orang saat itu memandang bahwa orang tersebut buta karena dosa. Mereka memandang bahwa ada hubungan antara kebutaan dan dosa. Seolah-olah dosa menjadi penyebab seseorang buta, entah dosa orang buta itu sendiri maupun dosa orang tuanya. Yesus memberikan penegasan bahwa kebutaan itu bukan karena dosa, tetapi supaya kemuliaan Allah bisa ditunjukkan. Yesus menunjukkan bahwa keterbatasan itu adalah fakta manusiawi yang tak terhindarkan. Itu adalah kesempatan yang baik bagi Tuhan untuk menunjukkan bahwa Tuhan itu lebih tinggi dari keterbatasan manusiawi. Kadang kala harus ada kekurangan supaya menjadi kesempatan yang baik bagi Tuhan untuk menunjukkan kebesarannya. Jadi orang yang memiliki kelemahan fisik bukan karena dia berdosa, tetapi memang pada diri setiap orang ada keterbatasan-keterbatasan fisik tertentu.

            Bagi Yesus, yang berdosa bukan orang yang buta secara fisik, tetapi orang Farisi yang memiliki “kebutaan iman”. Orang Farisi secara fisik bisa melihat tetapi sebenarnya mereka buta karena hati mereka tidak mampu melihat kebaikan Tuhan dan kesusahan orang lain. Mereka justru tidak percaya kepada Tuhan, dan tidak memiliki belas kasih kepada orang-orang yang terpinggirkan seperti orang yang buta dalam injil. Kita bisa juga seperti orang farisi yang memiliki telinga atau mata yang sehat, tetapi hati kita buta untuk melihat Tuhan dan memperhatikan sesama yang menderita.

Akar dari kebutaan orang Farisi ini adalah kesombongan. Orang-orang ini sangat sombong, dan tidak rendah hati. Kesombongan membuat kita tidak mampu melihat kebenaran. Kesombongan mengakibatkan kita tidak mampu melihat kebaikan-kebaikan Tuhan dan kebaikan sesama. Kesombongan juga menjadi akar dari segala dosa seperti, tamak, iri hati, marah, hawa nafsu, rakus, malas.

Masa prapaskah adalah kesempatan yang baik untuk kita bertobat dari dosa-dosa kita. Kita mungkin memiliki segala yang baik, tetapi hati kita buta terhadap kebaikan Tuhan dan sesama. Mari kita mohon bantuan Tuhan untuk menyembuhan “kebutaan iman” kita. Semoga demikian.

Bagikan...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *