Paroki Santo Yohanes Maria Vianey Halong

HIDUP KRISTIANI YANG OTENTIK

HIDUP KRISTIANI YANG OTENTIK

(Mal. 1:14b-2:2b,8-10; 1Tes. 2:7b-9,13; Mat. 23:1-12)

HM Biasa XXXI

Minggu, 5 November 2023

Salah satu sinetron yang sementara tayang di SCTV setiap hari adalah sinetron bidadari surgamu. Sinetron ini menceritakantentang seorang gadis bernama Sakinah (Adriani Salshabilla) yang hidupnya terbeban oleh fitnah dan terpaksa menikah denganDenis (Rizky Nazar). Sakinah adalah sosok yang baik hati yang harus bersabar melihat Denis bersama Flora, kekasihnya yang lain. Tentu ini hanya sinetron. Aktor-aktor dalam sinetron inimenampilkan karakter-karakter yang sesuai dengan kehendaksutradara.

Oleh sebab itu, karakter tersebut bukanlah karakter aslidari para aktor. 

Hidup sesungguhnya bukanlah sebuah sinetron. Setiapmanusia harus menunjukkan pribadi yang otentik. Manusia yang otentik adalah pribadi yang memiliki keselarasan batin dan lahir. Keselarasan antara dua sisi ini menjadi bentuk pencapaian pribadiyang otentik atau asli. Orang yang sikap lahirianya tidak sejalandengan batinnya adalah bentuk kepalsuan diri. Memang, menjadipribadi yang otentik tidaklah mudah. Kadang kala keadaantertentu (perasaan malu, takut menyinggung perasaan orang lain, dan lain sebagainya) memaksakan kita untuk tidak menjadiotentik dalam hidup. Menurut Søren Kierkegaard, seorang filsuf, merekomendasikan beberapa langkah untuk menjadi pribadi yang otentik, seperti memiliki keyakinan sebagai kebenaran subyektif(memiliki keyakinan tentang sebuah kebenaran dalam pilihan-pilihan yang dilematis), berani berkorban menerima risiko ataskeyakinan akan kebenaran tertentu, menjadi pribadi yang hening, memiliki kekebasan. 

Yesus hari ini, melalui injil menyinggung kepalasuan hiduppara ahli Tuarat dan orang-orang Farisi. Orang-orang ini tidakmemiliki pribadi yang otentik atau sejati. Mereka memiliki sikaplahiria yang baik dan manis, tetapi tidak sejalan dengan batinmereka. Mereka mengutamakan penampilan lahiria, tetapi batinmereka tidak mereka perhatikan. Ucapakannya tentang kebaikan, tetapi tidak melaksanakan kebaikan itu. Mereka mengajarkanyang baik, tetapi tidak melaksanakan ajaran itu. Ini adalah sebuahkepalsuan. Yesus mengkiritik pola hidup yang palsu. Yesusmenghendaki sebuah keselaran batiniah dan lahiriah; antara kata-kata dan perbuatan. Yesus menghendaki hidup yang sejati, bukanpalsu.

Yesus adalah pribadi yang otentik. Pada dirinya tidak adakepalsuan. Yesus menghayati hidup yang benar. Dia mengajarkantentang kebenaran dan melaksanakan kebenaran itu. Dia adalahjalan dan kebenaran. Paus Benediktus XVI menyebutnya juga sebagai filsuf yang sejati karena hanya Yesus saja yang mampumengajarkan dengan benar jalan kehidupan  Dia menunjukkanjalan yang benar, dan sekaligus melaksanakan kebenaran itu. Diamenunjukkan jalan untuk menaklukan kematian, dan Dia sendiriyang mampu menaklukan itu (bdk. Spe Salvi, art. 6).

Patut kita akui bahwa kadang kala kita menjalani hidup inibagaikan “sinetron” yang penuh sandiwara. Kristus mengingatkankita untuk bertobat dari berbagai bentuk kepalsuan dalam hidup. Hidup penuh kepalsuan adalah gambaran orang yang hidupnyapenuh topeng (wajah ganda). Sebagai orang kristiani, kitadipanggil untuk menjadi orang-orang kristiani yang otentik, asli, dan sejati, bukan orang kristiani yang palsu dan penuh dengan“topeng”. Dalam komunikasi dan relasi dengan orang lain, kitadipanggil untuk berkominasi dengan otentik dan jujur. Kita dipanggil untuk menyampaikan pesan yang otentik (sesuaidengan fakta). Dalam kehidupan keluarga kristiani, kita pun dipanggil untuk menjadi orang tua yang otentik yang tidak hanyamengajarkan tentang kebaikan, tetapi juga melaksanakankebaikan itu sendiri; tidak hanya mengajarkan tentang kesetiaan, tetapi juga menunjukkan kesetiaan dalam kehidupan. Hidup yang penuh kepalsuan menciptakan penderitaan, baik untuk diri sendirimaupun orang lain. (novlym).

Bagikan...