Paroki Santo Yohanes Maria Vianey Halong

GEREJA MENJADI TANDA KEHADIRAN TUHAN

GEREJA MENJADI TANDA KEHADIRAN TUHAN

Kel. 20:1-17; Mzm. 19:8,9,10,11; 1Kor. 1:22-25; Yoh. 2:13-25

HM Prapaskah III

Minggu, 3 Maret 2024

Bait Suci adalah tempat penting bagi bangsa Israel. Bait Suci adalah tempat kudus, Tuhan tinggal. Oleh sebab itu, bangsa Israel sangat menghormati Bait Suci. Dalam sejarah bangsa Israel, Bait Suci pertama dibangun oleh raja Salomo (970-930sM). Namun kemudian dihancurkan oleh bangsa Babilonia di bawah Nebudkadnezar (586sM). Atas desakan Nabi Hagai dan Nabi Zakaria, Bait Suci dibangun kembali saat bangsa Yehuda bebas dari pembungan di Babel (520-515sM). Bangunan ini dihancurkan lagi oleh Anthiokus Epiphnaes dari Yunani pada thaun 167sM. Pada tahun 164sM, Yudas Makabe merenovasinya, namun Jenderal Pompey dari Roma merusaknya lpada tahun 63sM, dan pada tahun 54sM Crasus juga merusaknya lagi. Raja Herodes Agung membangun lagi dan memperluas Bait Suci pada tahun 20sM. Bangsa Yahudi kemudian menyebutnya sebagai Bait Allah herodes atau Bait Allah yang kedua. Ketika Yesus hidup dan berkarya, Bait Suci ini masih tetap berdiri.

Yesus sangat menghargai kekudusan Bait Suci. Injil menyebutkan bahwa ketika Yesus ke Bait Suci, Dia menemukan pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Yesus sangat marah dan mengusir mereka. Dia menegaskan kepada mereka untuk tidak menjadikan Bait Suci atau rumah Bapa sebagai tempat berjualan. Saat itu juga Yesus menegaskan otoritas-Nya atas Bait Suci. Sebagai orang Kristiani, kita menyebut rumah Tuhan sebagai Gereja. Sikap Yesus di atas tentu tidak hanya bermaksud untuk menggambarkan makna sebuah Bait Allah, tetapi sekaligus menggarisbawahi makna sebuah Gereja. Sikap Yesus ini menegaskan bebera hal:

  1. Gereja adalah tanda kehadiran Tuhan. Gereja didirikan untuk menjadi kediaman Tuhan. Oleh sebab itu, gereja ada karena iman bahwa Tuhan itu ada. Kita mendirikan gereja, menghiasi gereja dengan baik, karena kita percaya bahwa Tuhan itu ada. Kita mempersiapkan gereja dengan baik karena kita menghendaki agar Tuhan layak tinggal di dalam gereja. Paus Fransiskus dalam auidensi umum pada tanggal 16 Oktober 2013 berkata bahwa tanpa Tuhan Gereja tidak dapat eksis. Gereja tidak berdasar pada ide, pada filsafat, tetapi pada Yesus sendiri. Dengan demikian, membangun gereja berarti mengakui kehadiran Tuhan. 
  2. Gereja adalah tempat yang kudus. Gereja bukan tempat konflik, pertentangan, dan ajang perebutan status sosial. Di dalam gereja ada ruang-ruang kudus yang jangan dikotori oleh berbagai kepentingan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Kita ke gereja untuk menjadi kudus. Berbagai sakramen dan sakramentali yang dirayakan dalam gereja mendatangkan kekudusan bagi umat beriman (bdk. Sacrosanctum Soncilium, art. 60, 61, 64, 84, 94).
  3. Gereja bukanlah tempat untuk mengejar untung-rugi. Para penjual dan penukar uang membangkitkan amarah Yesus karena mereka cenderung menjadikan rumah Tuhan untuk kepentingan material /untung rugi. Salah satu aspek dalam hidup menggereja adalah pengorbanan. Gereja hadir untuk mengenang kurban Kristus (bdk. Evangelii Nutniandi, art. 14). Oleh sebab itu, kehidupan menggeraja bukan pertama-tama mengejar keuntungan dalam pelayanan, tetapi menunjukkan sikap pengorbanan diri.
  4. Yesus adalah Bait Suci itu. Dirinya adalah kudus dan di dalam dirinya Allah hadir. Oleh karena itu, percaya kepada Kristus adalah cara menemukan Tuhan. Sikap Yesus juga menggambarkan otoritas dirinya atas Bait Suci. Dia berkuasa atas Rumah Tuhan atau Gereja, dan Dia adalah pendiri gereja. Oleh sebab itu, gereja bukan pertama-tama bangunan atau infrastruktur, tetapi gereja adalah tubuh Kristus dan umat beriman adalah anggota-anggota gereja. Sehingga, menjaga kekudusan gereja berarti juga menjaga kekudusan tubuh. Novlymasriat.
Bagikan...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *