Paroki Santo Yohanes Maria Vianey Halong

MENGEMBANGKAN POTENSI-POTENSI BAIK DALAM DIRI DEMI KEBAIKAN

MENGEMBANGKAN POTENSI-POTENSI BAIK DALAM DIRI DEMI KEBAIKAN

HM Biasa XXXIII

(Ams. 31:10-13,19-20,30-311Tes. 5:1-6; Mat. 25:14-30)

Minggu, 19 November 2023

Injil menggambarkan kerajaan surga bagaikan seorang tuan yang hendak bepergian ke luar negeri dan mempercayakan harta kepada para hambanya. Tuan ini berharap, sesudah ia kembali, para hamba ini bisa menggandakan harta yang dia titipkan bagi mereka. Jumlah harta yang tuan ini tinggalkan kepada para hambanya bervariasi. Kepada hamba yang pertama, ia berikan lima talenta, yang lain dua talenta, dan yang terakhir satu talenta. Dalam tradisi romawi kuno, koin talenta memiliki nilai tinggal. Bila dikonversi, satu talenta sama dengan 32Kg. Jadi kalau lima talenta berarti 5x32Kg (160Kg); dua talenta berarti 2x32Kg (64Kg); satu talenta berarti 1x32Kg. Itu berarti tuan ini meninggalkan harta yang tidak sedikit bagi hamba-hambanya. Kalau itu emas, maka jumlahnya sangat besar. Tuan itu berharap para hambanya bisa menggandakan talenta-talenta tersebut. Satu dari tiga hamba tidak mampu menggandakan talentanya, maka tuan itu sangat marah.

Tuan dalam perumpamaan ini menunjuk pada Tuhan, dan para hamba adalah kita, umat beriman. Kepada kita, Tuhan menganugerahkan berbagai “talenta” atau potensi, seperti karisma, kemampuan, keterampilan, jabatan, harta, keluarga, anak-anak, makanan-minuman, dan berbagai rahmat lain. Semua talenta adalah milik Tuhan dan berasal dari Tuhan. Kesadaran ini perlu kita tanamkan dalam diri supaya tidak seorang pun merasa sombong atas segala taletanya, sebab semuanya itu berasal dari Tuhan. Sebagai orang beriman, kita patut bersyukur atas berbagai talenta yang Tuhan berikan. Bersyukur adalah cara yang tepat untuk menerima talenta-talenta dari Tuhan.

Tuhan menghendaki agar segala ramhat atau potensi baik, kita pakai dengan baik untuk menghasilkan berbagai kebaikan. Untuk itu, bentuk konkret dari rasa syukur, selain berdoa, kita memiliki kewajiban untuk menggandakan talenta. Tuhan berikan kepada kita berbagai berkat atau talenta, tidak kita simpan di dalam diri atau untuk diri sendiri, tetapi perlu kita kembangkan demi sebuah kebaikan. Ketakutan untuk mengembangkan talenta adalah sebuah kekeliruan; kesengajaan untuk hanya menyimpan talenta untuk diri sendiri adalah juga sebuah kekeliruan.

Selain, kita perlu mengembangkan talenta, dalam arti tertentu, tuan dalam cerita injil ini juga bisa menunjuk pada para orang tua atau para pemimpin. Seperti tuan yang mendorong para hambanya untuk secara kreatif mengembangkan talentanya, maka para orang tua atau para pempimpin dipanggil untuk membuka peluang bagi anak-anak dalam keluarga atau kelompok untuk meng-explore talentanya. Membatasi dan mengurung niat anak-anak untuk mengembangkan talentanya adalah sebuah dosa. Pengembangan potensi ini termasuk karakter-karakter baik. Kepada anak-anak, Tuhan menganugerahkan berbagai potensi karakter yang baik, dan orang tua memiliki tanggungjawab untuk mengkondisikan sehingga potensi-potensi ini berkembang. Paus Fransiskus dalam enskilik Amoris Laetitia berkata, para orang tua memiliki kewajiban untuk mengembangkan kebiasaan baik dalam diri anak-anak. Paus katakan, “Seseorang mungkin dapat bersikap sosial dan terbuka kepada orang lain, namun bila untuk waktu yang cukup lama ia tidak dibiasakan oleh orangtuanya untuk mengucapkan “Tolong”, “Terima kasih”, dan “Maaf”, maka disposisi batinnya yang baik tidak akan mudah diterjemahkan ke dalam ungkapan-ungkapan ini. Peneguhan kehendak dan pengulangan tindakan tertentu membentuk perilaku moral, dan tanpa pengulangan pola perilaku baik tertentu yang sadar, bebas dan berharga, pendidikan menuju perilaku tersebut tidak akan tercapai” (art. 266).

Mari, kita kembangkan rahmat, talenta, dan potensi baik yang Tuhan berikan untuk sebuah kehidupan yang lebih baik. Amin. (novlymasriat)

Bagikan...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *